10 Mar 2013

pembacaan cerpen (terintegrasi dengan SK PLH No. 10: kesadaran untuk menggali dan mempertahankan kearifan lokal )



Goresan tinta di buku tatibku

Ini adalah tahun keduaku di SMA Negeri di Kota Malang.Kepribadianku yang sering diam bukan berarti aku tak punya teman bergaul. Hampir seluruh siswa kelas XI IPS menganal Reihan, Rei sapaan akrabku. Sejak masuk ke SMA aku belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun, mungkin karena kebiasaanku yang sering bergentayangan di dunia maya, sehingga ga ada waktu buat PDKT ataupun pacaran. Aku selalu merasa nyaman dengan hobiku menjelajahi dunia maya melalui portal-portal game yang kumainkan, hingga tibalah suatu hari yang tak pernah kulupakan dalam hidupku, seperti hari kemerdekaan yang tak terlupakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Dua minggu yang lalu aku terlambat masuk kelas, seperti biasanya..mungkin ini sudah kesekian kalinya aku berhadapan dengan petugas tatib yang tak segan-segan menyemprotkan kata-kata pedas untuk memarahiku karna sering terlambat. Namun pagi ini ada yang berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Kode B4 yang berarti "terlambat" dalam buku TATIBku semester ini sudah mencapai baris ke 15, sampai petugas tatib kehilangan selera untuk tersenyum padaku.
Sesuatu yang berbeda dipagi ini ketika ada anak perempuan dengan perawakan mungil berdiri dihadapanku dengan wajah bingung dan takut-takut. Aku tak pernah melihat anak ini, lalu dia bertanya padaku
"Hai.. maaf  apakah sekarang sudah jamnya masuk kelas?" tanyanya dengan ragu
"Udah dari tadi.. memangnya kamu ga tau?" jawabku bingung
"Maaf  aku siswa baru, jadi masih belum tahu jadwal di sekolah ini" jawabnya dengan lirih dan tersipu malu.
"Oh... kalau gitu bilang aja sama petugas tatibnya, pasti dimaklumin kok. kalau ada apa-apa bilang saja sama aku, nanti kubantu". kataku sambil memasang muka imutku. kuperhatikan wajahnya yang terlihat bingung. tiba-tiba petugas tatib menghampiriku dengan senyuman mautnya. Tapi kali ini bukan aku yang disemprotnya (mungkin sudah bosan memarahiku ),
"Kamu kelas berapa? mana buku tatibnya! dari tadi berdiri bengong saja, bantu itu temanmu membersihkan sampah! tidak pakai bet lagi, siapa namamu!" petugas tatib menanyai siswa baru itu dengan tegas.
"saya kelas X pak, nama saya Nadya, maaf pak saya siswa baru dan belum tahu jadwal sekolah ini..hari ini pertama kalinya saya masuk" ..ooooohh ternyata Nadya namanya, dari tadi aku lupa menamakan namanya, batin Rei. walaupun begitu Nadya tetap diperlakukan sama dengan siswa yang terlambat lainnya. kalau kuperhatikan dari gerak geriknya, Nadya nampak lamban dalam melakukan sesuatu. memungut sampah saja seperti putri solo yang berjalan. Kalau dilihat wajahnya juga terlihat pucat, entah karna memang kulitnya yang putih atau karna sedang sakit. karna teman-teman sudah selesai memungut sampah, kubantu Nadya memungut sampah supaya tong sampahnya segera penuh dan dapat masuk kelas. "sini kubantu, kalau ga penuh ntar ga boleh masuk kelas loh" kataku sambil tersenyum.
"oh iya makasih, maaf ya merepotkan" jawabnya, lalu kami memunguti sampah sambil terus kuperhatikan Nadya. Setelah kami ngobrol, ternyata Nadya pindahan dari Medan, dia pindah karna ikut orang tuanya. Kalau kuperhatikan Nadya wajahnya sangat imut, mirip dengan tokoh-tokoh anime dan avatar dalam game yang kumainkan. Sedikit terpesona juga melihatnya, hehehehe.
Setelah selesai berurusan dengan tatib, aku tidak langsung masuk kelas, aku mengantar Nadya ke kelasnya,  kami sempat tukar nomor hp karna biar mudah, kalau Nadya ingin bertanya tentang sekolah ini aku bisa membantunya.
Sepulang sekolah, aku langsung pulang dan menyalakan CPU, setelah itu aktivitasku bermain game bisa berlangsung hingga berjam-jam. Tapi baru menekan tombol power tiba-tiba hp ku berdering, Nadya menelponku.
"Ada apa Nad, kok suaranya rame banget, memangnya kamu ada dimana?"
"Rey.. tolong aku kesasar, aku tadi naek angkutan umum, tapi salah arah..aku ga tau ini dimana?"
" Kamu tanya orang ya, itu posisimu alamatnya dimana, aku jemput kamu"
Ya Tuhan... aku langsung panik, sekarang sudah menunjukkan pukul 16.30, berarti sudah cukup lama Nadya sendirian dan ketakutan. Setelah mendapatkan pesan singkatnya yang memberitahukan alamatnya, aku langsung meluncur kesana.
Sesampainya dilokasi, kulihat Nadya sudah berkaca-kaca ingin menangis. Ku tenangkan dia dan kuantarkan pulang. aku baru tahu kalau ternyata Nadya memang sedang sakit. Rona merah yang hilang dari wajahnya sehingga terlihat putih itu bukan karna pigmen kulitnya, tapi karna dia memang benar-benar sedang sakit. Sesampainya dirumah Nadya aku disuruh mampir, tapi karna cuaca sedang mendung aku akan segera pulang sebelum hujan mengguyur,  tapi baru kunyalakan mesin motorku, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya sehingga kuputuskan untuk mampir dulu dirumah Nadya. Kulihat rumahnya sangat sepi, hanya ada satu orang laki-laki yang ternyata kakaknya Nadya.
"Kemana orangtuamu? tanyaku
"Kalau papaku udah ga ada, mamaku kerja..ntar malam baru pulang,  itu kakakku dia masih kuliah, tapi jarang juga dirumah"
Sekarang aku tahu kenapa Nadya sampai tidak ada yang menjemput, kasihan juga pikirku hingga kutawarkan aku menjadi tukang ojeknya tiap hari. "Nad, aku antar jemput kamu ya..sampai nanti kamu tahu jalan, aku takut kalau kamu kesasar lagi kayak tadi"
"Beneran nih? apa ga ngerepotin.."
"Ngga kok, lagian kalau jemput kamu kan aku jadi bisa punya tanggung jawab untuk berangkat lebih pagi, siapa tahu aku ga telat lagi" jawabku sambil tersenyum. Nadya hanya mengangguk saja.
Beberapa hari kemudian, goresan tinta di buku tatibku mulai berkurang. karna aku merasa punya tanggung jawab untuk menjemput Nadya, aku ga ingin membuatnya terlambat dan kena hukuman lagi. Kebiasaanku yang pulang sekolah langsung main pun mulai berkurang karena aku sering membantu Nadya mengerjakan PR nya. hari libur yang biasanya kuhabiskan di cafe-cafe internet, sekarang tidak lagi karna aku selalu menemani Nadya jalan-jalan agar dia tahu seluk beluk Kota Malang. 3 bulan sudah aku mengenalnya dan selalu bersamanya, aku mulai rajin mengerjakan PR ku, mulai rajin bangun pagi karna aku punya tugas tambahan yaitu jadi tukang ojeknya Nadya. Ga tau kenapa aku begitu simpatik kepadanya sehingga tak ingin sedikitpun Nadya dalam kesulitan. Hingga tiba suatu hari, pagi- pagi sekali aku menjemputnya, tapi kali ini Nadya tak terlihat di depan rumahnya, rumah itu terlihat sepi dan tidak ada tanda-tanda ada orang di dalamnya. Ku ketuk pintu berkali-kali namun tak ada jawaban. kemudian munculah bapak-bapak tetangga sebelah rumah menyapaku.
"Mau cari siapa le?"
"Nadya pak.. Saya mau jemput dia kesekolah.."
"Yang sabar ya le... Nadya sudah tidak disini lagi" kata bapak itu dengan wajah serius.
"Loh, emangnya sudah pindah ke Medan lagi ya pak? " tanyaku bingung
"Bukan begitu le.. kamu lihat bendera putih yang terpasang didekat pagar itu?"
"Iya pak, memangnya kenapa?" tanyaku bingung masih ga ngerti maksud bapaknya . perasaanku mulai tak karuan.
"Itu pertanda kalau rumah ini sedang berduka le.. ada salah satu anggota keluarganya yang meninggal, yang saya maksud ya dik Nadya itu" jawab bapaknya setenang mungkin.
"Maksudnya pak? Nadya meninggal?" kataku lirih masih tak percaya. Bapak itu menjelaskan kalau Nadya meninggal karena serangan jantung, sejak dulu Nadya menderita lemah jantung, hingga selalu terlihat pucat. Entah apa yang kurasakan, telingaku seperti tersumbat sesuatu hingga terasa tuli, aku tertegun memandangi rumah kosong itu, berharap Nadya tiba-tiba muncul dan kami akan berangkat sekolah bersama. Sejak malam tadi aku sudah merangkai beribu kata untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Bahkan aku ingin menunjukkan hasil ulanganku yang terbagus dalam semester ini, semua itu karna Nadya. Dia selalu membawaku dalam suasana yang berbeda, memberi warna baru dalam hidupku dan menyadarkanku bahwa ada yang lebih indah di dunia nyata ini daripada dalam dunia maya. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 07.30, dengan malas aku menuju kesekolah. aku tahu kali ini pasti terlambat lagi. Setelah 3 bulan buku tatibku bersih dari goresan tinta catatan terlambatku, kini ada lagi goresan tinta baru. Seperti biasanya petugas tatib menyuruh siswa yang terlambat membersihkan sampah. Dengan malas kupunguti reruntuhan dedaunan kering, seperti sisa puing-puing perasaanku kepada Nadya yang tak sempat terungkapkan. Kini aku berjanji pada diriku sendiri kalau goresan tinta di buku tatibku ini adalah terakhir kalinya aku melakukan keterlambatan dan pelanggaran lainnya. Setiap pagi aku selalu ingat hari-hari yang telah kulewati bersama Nadya, dan itu adalah yang membuatku bersemangat, membuatku lebih bergairah menjalani kehidupan ini dan menata masa depanku. Dialah jincuriki ku, selamat jalan Nadya, aku berjanji akan selalu rajin seperti saat bersamamu.

  ANALISIS CERPEN

1.      Nilai dalam cerpen merupakan sesuatu yang baik dan buruk yang ingin disampaikan pengarang dalam cerita kepada pembaca. Bentuknya dapat berupa pesan-pesan moral untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, kehidupan manusia yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
2.      Cerpen merupakan cerita fiksi atau rekaan yang menggambarkan sebagian kecil dari kehidupan seseorang. Cerita pendek tidak hanya berisi rangkaian peristiwa. Ada hal penting yang disampaikan pengarang kepada pembaca. Dalam cerpen, seorang pengarang kadang menampilkan nilai-nilai kehidupan yang ada di dalam masyarakat. Hal tersebut diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman hidup pembaca. Pembaca cerpen menjadi lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi kehidupan sekitar. Nilai kehidupan dapat ditemukan dalam  cerpen melalui ucapan, tindakan, pikiran, dan perasaan tokoh-tokoh cerita. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai moral, budaya, agama, etika, kasih sayang, pendidikan, persahabatan, patriotisme, religius, dan kemanusiaan.
3.      Nilai moral berkaitan dengan ukuran atau patokan ketika manusia bertingkah laku, bergaul, ataupun berinteraksi sosial. Moral berpedoman pada sikap dan tata krama untuk menentukan prinsip kebaikan dan keburukan seseorang, kelompok, ataupun lembaga tertentu. Singkatnya, moral adalah adat atau kebiasaan menyikapi hidup sehari-hari. Nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan atau kehidupan sehari-hari.
 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar